Rabu, 23 Januari 2013

Saatnya Mencampakkan Ide Rusak



GAGASAN itu bak pil pahit bersalut gula. Setelah gulanya habis tinggal pahitnya saja tentunya. Sekilas kelihatan manis, tetapi sebenarnya berbahaya, karena merugikan perempuan, keluarga dan generasi, seperti yang terjadi di negara asalnya. Akankah hal ini dipertahankan? Kalau iya, tampaknya bisa dipastikan Indonesia juga akan mengalami kehancuran tatanan keluarga dan generasi.
Ya, gagasan gender equality atau kesetaraan gender, upaya menyetarakan perempuan dengan laki-laki, beranjak dari sebuah asumsi tentang kondisi perempuan. Kaum perempuan diasumsikan berada dalam kenyataan buruk seperti keterkungkungan, kemiskinan, ketertinggalan, ketertindasan dan sebagainya. Kondisi buruk itu terjadi akibat beban-beban yang dipikul kaum perempuan yang menghambat kemandiriannya. Beban-beban berat itu antara lain perannya sebagai ibu: hamil, menyusui, mendidik anak dan mengatur urusan rumah tangga. Lalu kaum perempuan diarahkan untuk meninggalkan kodratnya. Mereka diprovokasi agar berlomba mensejajarkan diri dengan laki-laki yang tidak memiliki beban serupa.

Selanjutnya, atas nama pemberdayaan ekonomi perempuan, kesehatan reproduksi perempuan, peningkatan partisipasi politik perempuan dan program-program ’bermadu’ lainnya, para aktifis gender menyuntikkan pemikiran-pemikiran beracun untuk membius kaum perempuan hingga lupa pada jatidirinya sebagai Muslimah, serta lupa pada komitmennya terhadap keluarga dan tugas mempersiapkan generasi. Kemudian, gagasan-gagasan seputar ’kemandirian dan pembebasan perempuan’ serta isu-isu gender lain ala Barat pun menjadi topik-topik hangat yang diperbincangkan perempuan-perempuan Muslimah di berbagai forum diskusi, seminar-seminar, pengajian-pengajian, bahkan obrolan-obrolan kecil ibu-ibu perumahan. Semakin hari semakin banyak Muslimah yang merasa bangga menjadi pejuang gender dan feminisme.
Kerusakan Global Akibat Tatanan Gender
Mainstream kesetaraan gender yang telah dilakukan secara sistemik pada akhirnya telah merusak tatanan rumah tangga tidak hanya di negeri Muslim yang dijadikan target penghancuran. Di negara Barat pengekspor ide gender, yakni Inggris dan AS, perceraian keluarga menjadi obsesi. Hampir semua negara maju memiliki kenaikan angka perceraian yang tinggi. Diduga kesempatan luas yang diberikan kepada perempuan menjadi salah satu penyebabnya. Banyak perempuan memiliki karir dan secara finansial tidak bergantung pada siapapun. Akibatnya, lebih sedikit perempuan yang mau memilih hidup dalam pernikahan yang mengikat.
Gender: Merusak Tatanan Keluarga Muslim
Tidak berbeda jauh dari negeri-negeri Barat, setelah bergulirnya ide KKG, juga pemberlakuan UU KDRT, fakta menunjukkan kehidupan keluarga di negeri ini tidak semakin baik. Angka perceraian semakin hari semakin meningkat. Perceraian para selebriti yang mewakili satu komunitas masyarakat di Indonesia setiap hari bisa kita saksikan di televisi. Perzinaan bukan masalah yang tabu lagi. Perselingkuhan juga menjadi kabar keseharian. Perkawinan dengan sesama Muslim bukan sesuatu yang harus dipegang teguh. Para ibu didorong keluar rumah untuk berlomba mendapatkan kesempatan beraktivitas di segala bidang.
Beraktivitas dalam rumah tangga oleh para aktifis perempuan dianggap mensubordinasikan perempuan dan secara ekonomi tidak menghasilkan apa-apa. Untuk itu, mereka memprovokasi para wanita untuk meninggalkan tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga demi mengejar kesetaraan dengan laki-laki, bekerja dan beraktivitas di luar rumah. Jadilah anak-anak yang merasakan dampaknya. Anak dibiarkan hidup dengan miskin bimbingan dan arahan. Banyak anak yang kesepian, tidak bahagia, sehingga melakukan kompensasi yang salah, dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, konsumen situs porno di internet, pelaku kejahatan dan sebagainya. Generasi seperti itukah yang diharapkan akan memimpin negara?
Tidak hanya anak yang kehilangan harapan terhadap ibu dan keluarganya. Para suami pun merasa kehilangan manager rumah tangganya.
Saatnya Mencampakkan Ide Rusak
Ide-ide kesetaraan gender secara empiris telah merapuhkan dan bisa meruntuhkan bangunan keluarga, juga merusak perempuan dan generasi. Sebagai seorang Muslim kita harus selalu waspada terhadap ide-ide tersebut agar tidak terbius untuk meyakininya dan tersangkut sebagai pengembannya. Bahkan sudah sepatutnya kita mencampakkan pemikiran rusak dan merusak itu dari benak kaum Muslim. Kita harus meyakini bahwa aturan-aturan Allahlah yang benar dan harus senantiasa dipegang teguh, karena dengan itulah kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar