Rabu, 19 September 2012

Bangkitnya Kesadaran Pelajar atas Bahaya Islam Liberal


Belum sampai setahun usianya, Gerakan #IndonesiaTanpaJIL telah membuka babak baru dalam lembaran dakwahnya dengan mengembangkan kesadaran untuk menolak pemikiran Islam liberal di kalangan para pelajar. Gebrakan baru ini, yang nampaknya akan terus berlanjut di masa-masa yang akan datang, telah memicu berbagai perkembangan baru yang sangat menarik.
Ahad, 9 September 2012, Jagakarsa Student Community (JASCOM) mengadakan sebuah seminar untuk para pelajar se-Jagakarsa di kantor World Assembly of Muslim Youth (WAMY). Seminar yang diberi tajuk “Jagakarsa Tanpa JIL: Karena Liberal Membuatku Galau” ini menarik perhatian banyak pelajar yang bukan saja berasal dari sekitar wilayah Jagakarsa, melainkan juga dari Bogor, Depok dan Tangerang.

Meskipun seminar pelajar dengan tema seputar Islam liberal ini adalah yang pertama kalinya diadakan, namun cukup mengejutkan banyak pihak. “Tadinya kami memprediksi 70-100 orang peserta. Ternyata, perhitungan terakhir menembus angka 200 orang, bahkan ada yang terpaksa kami tolak karena sudah tidak ada lagi tempat,” ujar salah seorang panitia.

Seminar yang menghadirkan Akmal Sjafril, penulis buku Islam Liberal 101 ini, telah membuka mata begitu banyak pelajar sekolah menengah. Memang, di dunia sekolah, perang pemikiran (ghazwul fikri) dan wacana Islam liberal memang tidak banyak terdengar. “Masalah Islam liberal ini harus dikenalkan kepada para siswa, terutama di jenjang SMA. Sebab di SMA, pemikiran-pemikiran sesat seperti Islam liberal memang tidak banyak. Tapi begitu mereka menjadi mahasiswa, mereka akan menemukan begitu banyak ideologi dan pemikiran di kampus yang bertentangan dengan ajaran Islam. Kalau tidak punya pegangan yang kuat sejak masih sekolah, akan mudah sekali terombang-ambing di masa kuliahnya kelak,” kata Akmal.

Berkaca dari pengalaman sukses kali ini, JASCOM berniat untuk terus menggelar seminar serupa. Tidak menutup kemungkinan pula seminar semacam ini digelar untuk cakupan wilayah yang lebih besar, yaitu se-Jakarta atau se-Jabodetabek.

Saat ini, semakin banyak pelajar yang sehari-harinya aktif di dunia maya. Pada saat yang bersamaan, para propagandis JIL pun banyak menebar wacana melalui internet. Tidaklah mengherankan jika para pelajar pun memiliki kepedulian yang besar terhadap bahaya pemikiran Islam liberal, lantaran pemikiran-pemikiran semacam inilah yang mereka saksikan di dunia maya setiap harinya.

Sebelumnya, pada akhir Ramadhan, #IndonesiaTanpaJIL Chapter Bandung telah merintis dakwah di kalangan pelajar dengan mengisi sebuah acara dalam rangkaian kegiatan Pesantren Kilat (Sanlat) di SMAN 7 Bandung. Partisipasi #IndonesiaTanpaJIL mendapat perhatian yang besar dari kalangan siswa, dan juga mendapat dukungan yang kuat dari para guru. Pemaparan yang diberikan membuat para guru prihatin dengan ‘virus pemikiran’ yang menjangkiti sebagian pemuda Muslim masa kini.

Pada bulan Oktober 2012, #IndonesiaTanpaJIL Chapter Bekasi telah merencanakan sebuah kajian untuk membahas bahaya Islam liberal bersama Rohis-rohis SMA se-Bekasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan visi dakwah dari seluruh Rohis tersebut dalam rangka mencegah penyebaran pemikiran Islam liberal.

“Baru saja #IndonesiaTanpaJIL berdakwah ke sekolah-sekolah, tiba-tiba ada isu Rohis menjadi tempat kaderisasi teroris. Coincidence? Maybe. Or maybe not!” ujar Akmal.

Tim #IndonesiaTanpaJIL Media Center


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar