Selasa, 26 Februari 2013

"Jokowi Effect" Gagal di Dua Pilkada, Ini Alasannya



Meskipun menerjunkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai juru kampanye, pasangan Rieke Diah Pitaloka – Teten Masduki tetap tak mampu menyaingi Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar, baik dalam quick count maupun perhitungan manual KPU Jabar, sampai detik ini. Bahkan, "Jokowi Effect" dinilai membawa dampak negatif terhadap pasangan itu, setelah sebelumnya juga gagal pada Pilgub Sulsel.

Apa alasannya? Direktur PoliticaWave Yose Rizal dan pakar komunikasi politik Effendi Gazali menjelaskan analisanya.

Berdasarkan data PoliticaWave, Yose Rozal mencatat, "efek Jokowi" tidak dapat bekerja di Pilgub Jabar. Jokowi adalah seorang figur yang memiliki popularitas dan citra positif di media sosial. Namun ternyata tidak semua hal yang berkaitan dengan Jokowi memberikan hal yang positif.
"Upaya Rieke-Teten membawa Joko Widodo sebagai juru kampanye mendapat respon negatif dan positif secara bersamaan. Hal ini dikarenakan Rieke-Teten dianggap menjiplak dan semakin diperburuk dengan pernyataan Rieke yaitu tidak malu menjiplak Jokowi," papar Yose Rizal, dikutip dari Kompas, Senin (25/2).

Effendi Gazali menambahkan, "menjiplak" Jokowi ke Pilgub Jabar justru menimbulkan sinisme.

"Sejak awal, penggunaan simbol baju kotak-kotak yang berlebihan itu menjadi tidak pas karena terkesan menjiplak, akhirnya di media sosial muncul sinisme. Hal itu terjadi karena di media sosial kreativitas dan orisinalitas itu hal penting," papar Effendi.

Orisinalitas berpolitik tetap menjadi nomor satu di media sosial. Semakin orisinal semakin bagus. "Di Sulawesi Selatan menjiplak Jokowi terbukti gagal dan di Jawa Barat walaupun mampu meningkatkan suara namun belum sesuai harapan," kata Effendi. 

Melihat ketidakefektifan "Jokowi Effect" masihkah PDIP bersikukuh mengandalkan Jokowi sebagai jurkam di Pilgub Sumut? Berpengaruhkah? Kita lihat saja. 

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar