Senin, 04 Februari 2013

Rumah CINTA



MUNGKIN judulnya agak aneh, tapi semoga isi tulisan ini bisa menggugah hati. Agar kita semakin memaknai cinta sejati itu ialah cintanya seorang hamba kepada Ilahi Robbi.
Rumah petak dua lantai, di tepi Jalan Veteran 128 b (seberang Apotek Dantisa) Yogyakarta. Sempit dan tanpa ventilasi yang baik, sungguh pengap jika kita masuk. Di lantai bawah yang luasnya tidak lebih dari 30 meter persegi, ada perlengkapan salon, kursi, etalase dan lain-lain. Di lantai atas, yang luasnya sekitar 15 meter persegi, terdapat satu tempat tidur bertingkat tiga.
Penghuninya adalah single parent, seorang ibu yang profil detailnya tidak akan kami tulis di sini. Beliau meninggalkan suaminya, kekayaan, jabatan dan lain-lain, demi meyakini Allah lah satu-satunya Tuhan yang wajib dan layak disembah. Ya, beliau seorang muallaf.
Saat ini, di rumah petak yang kecil sekali itu, beliau seorang diri mengasuh 12 anak putri yatim. Tiga di antaranya tuna grahita.

Tamak-kah? Hehe… Luar biasa cintanya kepada agamanya yang baru (Islam). Sampai kuat sekali tekadnya membersamai anak-anak yatim yang berasal dari keluarga sangat miskin. Tanpa pernah mengeluh, dengan kekuatan doa, Hasbunallahu Wani’mal Wakiil..

Di saat anak-anak sekolah, rumah itu berfungsi sebagai salon muslimah. Siang hari, kewajiban sebagai seorang ibu mulai ditunaikannya. Menjemput anak-anak sekolah, menyiapkan makan siang, menyuapi beberapa anak yang masih balita, menemani tidur siang, sampai memandikan dan antar jemput TPA di sore hari. Malam hari, anak-anak harus ditemani belajar. Semua itu dikerjakan di rumah petak yang sangat kecil itu.

12 sepeda dan 1 motor dimasukkan ke dalam rumah jika menjelang tidur. Dan 13 jiwa tidur di lantai atas yang luasnya tidak lebih dari 15 meter persegi itu. Masya Allah.
Inilah rumah yang di dalamnya terdapat cinta sejati. Cinta seorang muallaf yang memelihara anak-anak yatim dengan ikhlas tanpa batas. Tidak ada tujuan apapun selain ridho Allah yang (kelak) akan beliau perlukan untuk menjadi penghuni surga.

Hidupnya perlu uang, tetapi Allah yang mencukupi keperluannya. Hidupnya perlu pendamping, tetapi Allah yang senantiasa mendampinginya di kala beliau berdoa. Hidupnya perlu hiburan, tetapi Allah yang menghiburnya melalui anak-anak yatim itu. Hidupnya perlu gizi yang seimbang, tetapi Allah yang menjaga kesehatannya.
Inilah jihad yang nyata. Bukan jihad yang diumbar lewat kata-kata. Inilah wujud cinta seorang hamba, bukan sekadar cinta dunia. Tidakkah kita ingin mencontohnya, padahal kita semua ingin menjadi insan pilihan-Nya (penghuni surga?).
Semoga ALLAH membuka kebekuan hati kita, menyadarkan kita dari tipu muslihat dunia, menuntun kita kepada jalan yang diridhoi-Nya.
Sumber : berita99.com


Read more http://www.un

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar