Minggu, 24 Februari 2013

Tubuh Kita Dijajah Musuh Tak Terlihat


GAYA hidup modern dan pola hidup yang buruk menyebabkan daya tahan tubuh manusia lemah. Sistem pertahanan yang lemah memungkinkan bakteri atau virus yang bertebaran di sekitar manusia menyerang tubuhnya. Untunglah manusia memiliki jantung, paru, hati, dan ginjal sebagai bagian dari organ dalam manusia yang menjadi unsur sistem pertahanan tubuh yang biasa disebut dengan sistem imun. Namun, pernahkan Anda mendengar tentang timus?
Masalah keberadaan timus ini telah membuat para ilmuan berdebat. Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum berkembang sempurna. Namun, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan sumber dari sistem pertahanan kita.

Setelah hal ini dipahami, banyak ilmuan yang mengklaim bahwa timus tidak ada sebelumnya, dan berasal dari evolusi yang bertahap. Mereka masih tetap mengatakan bahwa timus terbentuk melalui periode evolusi yang lebih panjang dibandingkan banyak organ lainnya. Akan tetapi, tanpa timus, atau tanpa timus yang telah tumbuh dan berkembang sempurna, sel-sel T – sel yang berperang dengan bibit penyakit – tidak akan pernah belajar mengenali musuh, dan sistem pertahanan tidak akan berfungsi.
Seseorang tanpa sistem pertahanan tidak akan bisa hidup. Bahkan, Anda yang sekarang sedang membaca kalimat ini adalah suatu bukti bahwa timus tidak diciptakan melalui proses evolusi yang panjang, tetapi timus telah ada dengan sempurna dan utuh sejak manusia pertama lahir ke dunia.
Organ dalam ini terletak di rongga dada, bersebelahan dengan jantung. Sistem imun menjadi senjata paling ampuh untuk melawan AIDS, kanker, dan berbagai penyakit lainnya. Sistem imun adalah sistem tubuh yang terpenting yang bekerja di dalam tubuh untuk memastikan Anda sehat sepanjang waktu. Sayangnya, sebagian besar manusia mengabaikannya dan justru malah melemahkan pertahanan tubuhnya sendiri.
Sebelum merebaknya wabah AIDS, tidak banyak yang kita ketahui tentang sistem imun ini. Namun, kini para pakar beramai-ramai menelitinya dan menyimpulkan bahwa sistem imun ini menjadi senjata utama manusia melawan penyakit. Para ahli itu menyimpulkan hal berikut:
  • Hanya sistem kekebalan tubuh yang mampu mengobati penyakit;
  • Dokter dan para medis hanya membantu sistem ini bekarja pada manusia; dan
  • Nutrisi dari makanan asli yang belum diolah lebih penting daripada obat dalam menguatkan sistem imun ini.
Sistem imun yang sehat akan menjamin kehidupan yang bebas dari berbagai penyakit. Namun, beberapa aspek kehidupan modern justru membawa manusia pada sumber penyakit. Itulah penyebab penyakit yang berkaitan dengan sistem imun dan masalah kesehatan lain, seperti kanker, penyakit Alzheimer (sempat menyerang mendiang Paus Paulus II), sindrom keletihan yang kronis, asma, diabetes mellitus, reumatik, gangguan darah, sendi kaku, tulang keropos, dan pencernaan tak sempurna, semakin meningkat daya jangkitnya.
Meskipun sistem imun Anda cukup kuat untuk membunuh virus dan bakteri, ia akan menjadi lemah karena pengonsumsian antibiotik, makanan yang tidak sehat, operasi bedah yang tidak diperlukan, dan sebagainya.
Seseorang ketika dilahirkan bisa jadi mengalami gangguan atas sistem imunnya. Banyak sumber terkait memaparkan kisah ini. Seorang anak sejak lahir memiliki “kelainan” atas sistem imun tubuhnya. Begitu lahir, anak ini langsung ditempatkan di sebuah tenda plastik steril. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan masuk. Anak itu dilarang menyentuh manusia lainnya. Ketika tumbuh besar, dia ditempatkan di tenda plastik yang lebih besar.
Untuk keluar dari tendanya, si anak harus memakai seperangkat peralatan yang dirancang khusus mirip pakaian astronot. Apa yang menghalangi anak itu menjalani hidup normal seperti orang lain? Setelah lahir, sistem imun si anak tersebut tidak berkembang normal. Tidak ada “pasukan bersenjata” di tubuhnya untuk melindunginya dari musuh bibit penyakit.
Dokter yang menangani si anak itu sadar dengan apa yang terjadi jika dia memasuki lingkungan normal. Dia akan segera menderita pilek, penyakit bersarang di tenggorokannya; walau diberi antibiotik dan perlakuan medis lainnya, dia akan menderita berbagai infeksi. Perawatan medis pun akan kehilangan fungsinya yang berakibat pada kematian anak laki-laki itu.
Setelah beberapa waktu, dokter dan keluarganya menempatkan anak itu di sebuah ruang yang betul-betul bebas hama yang dipersiapkan khusus di rumahnya. Akan tetapi, semua upaya ini tidak membuahkan hasil. Di awal umur belasan, anak itu meninggal ketika transplantasi tulang gagal dilakukan.
Keluarganya, para dokter, staf rumah sakit tempat dia dirawat sebelumnya, serta perusahaan farmasi, telah berusaha semampu mereka untuk memastikan anak laki-laki tersebut bisa bertahan hidup. Walaupun segala jalan sudah diupayakan, dan tempat tinggal anak laki-laki itu disucihamakan, kematiannya tidak dapat dicegah.
Akhir kisah ini memperlihatkan bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk bertahan hidup tanpa adanya sistem kekebalan yang melindungi mereka dari mikroba. Hal ini membuktikan bahwa sistem kekebalan pastilah sudah ada lengkap dan menyeluruh sejak manusia lahir. Tanpa sistem kekebalan atau dengan sistem kekebalan yang tidak berfungsi, manusia akan segera meninggal

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar