Rabu, 06 Februari 2013

Petani yang Mengendarai Lamborghini



BILA Anda sekarang melihat mobil super mewah seperti Lamborghini yang harganya mendekati Rp 10 Milyar di Jakarta, pengendaranya kemungkinan adalah lawyer, pengusaha, selebritis atau orang-orang yang mudah mencari uang lainnya. Sekian tahun dari sekarang situasi itu akan berubah, nantinya para petanilah yang akan mampu membeli mobil-mobil sekelas Lambo tersebut! kok bisa?
Setidaknya ini adalah pendapat investor legendaris Jim Rogers yang juga salah satu pendiri Quantum Fund. Menurutnya, sektor yang paling menguntungkan kedepan akan kembali ke industri pertanian. Dunia yang sudah kalang kabut untuk mencari makan bagi sekitar 7 milyar penduduknya kini, akan lebih berat lagi untuk  menambah kebutuhan pangan sampai 70 % dalam 4 dasawarsa kedepan.

Walhasil apapun yang Anda tanam kini akan semakin dibutuhkan untuk men-supply kebutuhan vital manusia kedepan yaitu pangan. Ini tidak terbatas pada tanaman pangan saja, tanaman apa saja – dengan teknologi yang terus berkembang akan bisa diolah secara langsung ataupun tidak langsung menjadi pangan manusia akhirnya.
Dengan teknologi yang ada saat ini saja kita sudah bisa mengolah nyaris hijauan apa saja menjadi pangan manusia, apalagi nanti. Bukan berarti manusia harus makan rumput ataupun dedaunan lainnya, tetapi rumput-rumput dan segala hijauan itu bisa dioleh menjadi pakan ternak yang efektif dan dari ternak tersebutlah manusia bisa makan dagingnya dan minum susunya. Peluang untuk ikut memberi makan milyaran manusia di dunia tersebutlah yang akan menjadi investasi yang semakin menarik itu.
Lantas apa yang bisa dilakukan untuk terjun di investasi yang paling menarik ini?
Masih menurut Jim Rogers sederhana; “The very best way is to go and become a farmer … Buy farmland and become a farmer, because then you are going to get huge paybacks.” (Cara yang paling baik adalah menjadi petani, beli tanah dan bertani. Dengan cara itu Anda akan memperoleh hasil yang paling besar)

Sejalan dengan pemikirannya Jim Rogers tersebut, sudah beberapa tahun terakhir kami berusaha connecting the dots – merangkai titik-titik – di Industri pertanian ini. Sebagian sudah bisa dilihat hasilnya, sebagian besarnya belum – tetapi saya sependapat bahwa nampaknya industri pertanian dalam arti luas inilah salah satu sektor yang harus menjadi perhatian kita kedepan.
Negeri yang ijo royo-royo ini ironinya harus mengimpor daging, kedelai, gandum dlsb. Padahal dengan teknologi yang ada kinipun seharusnya kita sudah tidak kekurangan pakan untuk membesarkan ternak-ternak kita dan tidak kekurangan pupuk untuk menumbuhkan tanaman pangan kita.
Lantas yang kurang apa? Yang kurang adalah perhatian, fokus, niat baik, kebijakan publik dlsb. yang sangat dibutuhkan untuk mengolah seluruh potensi yang ada menjadi solusi bagi kebutuhan pangan dalam negeri, dan syukur-syukur bisa berkontribusi memenuhi kebutuhan pangan bagi dunia nantinya.
Tetapi dengan hiruk pikuk politik yang ada kini yang masih akan berlanjut setidaknya sampai tahun depan, kita juga tidak bisa hanya berharap pada para pembuat undang-undang di negeri ini dan para eksekutifnya.

Kita bisa melangkah sekarang juga untuk mulai fokus pada sektor yang sudah sekian lama setengah dilupakan tersebut – yaitu sektor pertanian dalam arti luas termasuk kehutanan, perikanan, peternakan, perkebunan dlsb.
Bila anak-anak muda kini berdesakan mencari kerja di kota-kota besar, mengapa tidak mulai meng-encourge mereka untuk kembali ke desa dan membangun pertanian desanya?
Bila mayoritas lulusan SMU berburu masuk perguruan tinggi – jurusan apa saja asal bisa menjadi sarjana, mengapa tidak kita mulai mengarahkan mereka untuk belajar ketrampilan mendasar yang akan menjadi tulang punggung dunia kedepan – yaitu bertani?

Kelak kalau upaya-upaya ini berhasil, meskipun para petani-petani kita bener-bener mampu membeli Lamborghini seperti prediksi Jim Rogers – sesungguhnya mereka juga tidak perlu membeli si Lambo yang harganya setara 4,000 ekor kambing qurban kelas baik tersebut.
Bila mereka ditempa di industri pertanian, mereka akan tahu betapa pentingnya menggunakan 4000 ekor kambing untuk melahirkan ribuan kambing berikutnya, untuk terus ikut memberi supply bagi kebutuhan makan dan minum bagi dunia saat itu. InsyaAllah.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar