Jumat, 17 Mei 2013

Sang Kakek Subuh


KALAU dari senandung yang ada banyak yang memberikan petuah, “Matayang jelek dipejam lagi”. Inilah lagi saatnya kita membahas waktu subuh. Milik siapa gerangan? Ia hanya dimiliki oleh mereka orang-orang terpilih. Semoga kita yang terang dan termasuk ke dalamnya. Aamiin.
Kali ini satu cerita yangmembungkus dua nama dari dua kota yang berjauhan, namun masih terikat pada beberapa kesamaan, termasuk di dalamnya koridor Provinsi. Jawa Barat. Antara Cianjur dan Bandung (kota). Serta satu lagi unsur kesamaan atas mereka selaku tokoh dalam kisah ini “sama-sama kakek”.
Well, kita samakan frekuensi dulu. Definisi operasional (upsss. Afwan terbawa dengan nuansa skripsi dengandefinisi operasional, tak apalah biar gak galau dan melupakan tugas akhir tersebut, he). Oke, kakek dalam definisi operasional tulisan ini adalah mereka; laki-laki, telah berusia di atas 80 tahun. Standar dan simpel, sepakat kan ya?

Setiap strukturisasi dari usia memang seolah tersempurnakan dalam setiap keadaan dan keberadaan kita. Dimana bumi di pijak di sana langit di junjung dan udara terhirup untuk nafas. Menandakan memang segala unsur penyusun dari sistem kehidupan benar harus siap dan berkenan untuk kita terima, termasuk keberadaan anak-anak, remaja, dewasa,tua maupun lanjut usia. Sejalan dengan cerita kakek yang sudah seorang lanjut usia di sini. Di lokasi praktikum III dalam aras analisis kebijakan ini, saya lagi-lagi diberikan kesempatan untuk menyapa seorang kakek yang muda belia, eh salah lagi lanjut usia. Kalau sesuai data PUSDATIN 2008 akan termasukkan kedalam daftar kalau dia adalah seorang yang terlantar. Tapi kakek ini, meskipun hidup di balik rumah bambu, tinggal dalam kegelapan sinar lampu modernisasi.
Pagi jelang subuh, itu artinya selepas sepertiga malam terakhir sang kakek sudah menapakkan tongkatnya jengkal demi jengkal ke pelataran samping kanan rumahnya. Perlahan meniti pondasi jalan petak demi petak ke arah bawah, masjid. Disenandungkannya shalawat dando’a-do’a sebelum mengumandangkan adzan subuh. Sekilas wajarlah orang-orang akan menyimpulkan, pertama karena biasanya umur tua adalah usia taubat, tapi alangkah aniayanya kita jika menyaksikan semuanya dengan sebelah mata, siapa dia. Dalam pandangan yang sudah kabur tetap dengan keras ia kawalmasyarakat menyambut subuh. Meski sendirian, dengan tertatih ia tetap berjalan. Memang engkaulah satu kakek subuhku yang mengesankan.
Kali kedua, sebuah cerita masihakan terkumandangkan. Dengan subjek kakek kedua juga tentunya. Kakek yang tinggal beberapa rumah dari tempat tinggalku di Tubagus Ismail. Setiap subuh menjelang, bersama dengan tongkat kecil sebagai penuntunnya ia pukulkan ditiang-tiang listrik serta pagar tralis yang nyaring dari setiap rumah. Untukapa? Satu tujuan beliau, membangunkan setiap orang dalam rumah agar segera bangun, beranjak dan sembahyang berjama’ah di masjid lantas melaju pada aktivitas pagi harinya.
Sob, sungguh akan disayangkan kalau hanya sekedar melepas subuh dengan tarikan selimut. Terbayang udara segar pagi hari kita buang sia-sia. Terbayang, saat waktu yang luar biasa pas (karena sering disebut sebagai titik nol) yang akan mudah jika digunakan belajar, membaca atau beraktivitas untuk otak itu kita sia-siakan. Maka jika dalam setiap pagi otak harusnya mendapat suplai sepersekian asupan dengan kita tidur lagi itu sama artinya dengan sepersekian kali sekian kali kita diamkan dan kecilkan otak kita. Ah, alangkah menyesalnya. Dan biasanya tidur ba’da subuh itu menjadi candu. Serasa ada yang kurang kalau tak tidur ba’da subuh. Tak jarang juga memang ada yang berdalih, tadi malamkan aku bangun untuk shalat malam dan sekarang ngantuk banget, gak apa-apa kan ya habis subuh tidur lagi?Weh? Apa ini, perlu berulang dipertanyakan bagaimana kualitas qiyamul lailnya kalau ba’da subuh tidur lagi.
Hayuklah, selagi belum terlambat, ubah kebiasan dan segera selesaikan dengan ujung yang indah. Mengharap segala permintaan hanya padaNya. Aamiin, kan sekarang masih padamuda, biar tak terbawa sampai usia tua nanti. Mumpung belum pada berkeluargajuga, sok atuh geura jangan biasakan tidur ba’da subuh ya. Keluargamu menunggu kinerja dan perubahanmu guys.. Daa Daa

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar