Rabu, 26 Juni 2013

Apa Yang Anda Pikirkan


KATA-kata itu bisa teman-teman jumpai di beranda facebooknya masing-masing. Perlu teman-teman facebooker ketahui bahwa islam telah mengjarkan tradisi berpikir (Tafakur) kepada umat-Nya. Dalam lembar cinta-Nya Allah SWT berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam kedaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka,” (QS. Al-Imran: 191).
Pedoman ayat di ataslah sebenarnya yang mendorong kita untuk selalu berpikir. Bukankah perubahan, perbaikan dan pengembangan diri selau dimulai dari pikiran kita?
Anis Matta pernah mengatakan “Kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir”.

Menelaah dari ungkapan sarat makna di atas bahwa akar dari semua tindakan, perilaku, kebiasaan dan karakter adalah pikiran kita. Dalam hal inilah kita perlu mengevaluasi diri tentang tradisi berpikir kita.
Muhasabah Diri
Coba kita renungkan bersama, pernahkah kita galau jika pada hari ini tak selembar pun Al-Qur’an kita baca? Pernahkah kita guling-guling sambil bilang WOW tatkala banyak maksiat yang telah kita perbuat? Bukankah Allah seringkali mengingatkan kita afala tatafakkarun  ‘tidakkah memikrkannya?’
Ketika kita terbiasa mengevaluasi jarak kedekatan kita kepada zat Yang Maha Agung Allah SWT maka sejak itu pula kita telah melatih diri kita agar berpikir (tafakur) untuk mensyurgakan peran. Alhasil muhasabahlah yang mampu memediasi keterpurukan hati-hati kita tatkala kondisi iman sedang kering kerontang.
Siang dan malam telah menjadi saksi atas perbuatan-perbuatan kita selama satu hari ini. Jika perbuatan itu bernilai ibadah maka akan semakin mendekatkan kita kepada Allah. Tapi jika perbuatan itu bernilai keburukan maka hanya kesia-siaanlah yang kita dapat.
Semoga ini bisa menjadi renungan di peraduan malam sebelum kita melangkahkan kaki  menuju ‘pulau kapuk’. Serta menjadi bahan evaluasi terhadap amalan yaumiah apa yang telah kita kerjakan. Wallahu a’lam bish-shawab

Oleh: Tiasmi Afriana, STT Tekstil Bandung

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar