Sabtu, 08 Juni 2013

Aisyah dan Ainun Dalam Pentas Dunia



LAKI-laki tanpa perempuan bak sebuah buku tanpa judul. Bagai raja tanpa kerajaan. Perempuan tanpa laki-laki ibarat taman tanpa tumbuhan hijau, bagai pohon tanpa bunga dan buah. Dalam cerita fiksi, ada Aisyah sebagai pelengkap kisah Fikri. Sejarah hidup tokoh Indonesia juga diabadikan dalam tajuk Ainun Habibie. Laki-laki dan perempuan  jika disatukan maka diantaranya diikat oleh cinta dan kasih sayang. Begitu pula Nabi Adam di surga kesepian, maka terciptalah hawa dari tulang rusuknya.
Ada langit maka ada bumi, ada malam ada siang, ada hitam ada putih, ada pahit juga ada manis. Semua rasa saling melengkapi. Allah menciptakan segala sesuatu saling berpasangan. Sejarah spektakuler Rasulullah juga tidak terlepas dari sepak terjang Khadijah binti Khuwailid ra. Di balik kelembutan perempuan ada kekuatan bukan kelemahan. Sehingga Allah mengamanahkan proses hamil dan melahirkan bagi kaum ibu. Perempuan begitu perasa dan lembut, maka Allah menganugerahkan dirinya sebagai ummul madrasah bagi anak-anak, sebagai penenteram jiwa suami. Teduhlah setiap rumah yang di dalamnya ada perempuan shalihah, ia tidak hanya menghiasi rumah secara lahir, tapi juga batin.

Menyembunyikan perempuan dalam pentas dunia adalah membunuh keindahan,  menyuburkan kesunyian dan menghilangkan kebahagiaan. Perempuan adalah ibu para pahlawan,  istri para pejuang. Pujangga tanpa wanita masih separuh jiwanya, masih separuh diennya, masih belum lengkap ketenteraman hatinya. Kata-kata perempuan bisa bermakna menghidupkan atau mematikan. Bahasa tersirat baginya bisa bermakna meminang. Perkataan  perempuan adalah sihir, senyumnya lebih lezat dari pada anggur, lisannya mengalir seperti madu. Perempuan shalihah sungguh simbol keindahan yang hakiki.   
Andai engkau beri ia simpanan mahar, namun perilakumu kasar padanya, niscaya semahal apapun mahar yang engkau beri tidak akan mampu menutupi kesedihannya. Dengan hanya menatap wajah istri, sang suami mendapat inspirasi, sebih semangat dalam beraktivitas, lebih gesit dalam menjalankan amanah. Karena mustahil kekuatan laki-laki selalu ada tanpa batas, ia tidak abadi, ia membutuhkan sumber dalam menghimpun kekuatan,  ia butuh berteduh dalam dekapan kehangatan. Kekuatan yang ia peloleh ada dua hal. Secara vertikal dengan beribadah kepada Allah dan horizontal dengan interaksi kepada istri dan anak-anak.
Perempuan adalah pakaian bagi laki-laki, hadirnya menutupi kekurangan yang dimiliki, mengindahkan tampilan saat dipandang. Perempuan adalah teman intim dalam kehidupan. Laki-laki merupakan cerminan perempuan. Jika buruk perempuan di belakangnya maka celakalah hidupnya, jika shalihah perempuan di belakangnya maka tenteramlah jiwanya. Air mata perempuan  adalah simbol cinta. Kala bersedih ia akan menangis, kala bahagia ia juga akan mengalirkan bulir-bulir bening. Setomboy apapun perempuan, ia membutuhkan waktu-waktu tertentu dalam menumpahkan  segala rasa. Sebagian menumpahkan dikala ramai, sebagian lagi di kala sunyi.
Dalam penghujung hidup Rasulullah, beliau  pernah berwasiat pada kaum Adam. Bahwa fitnah yang paling mengerikan bagi laki-laki adalah perempuan. Kemudian Rasullah menegaskan kembali bagi kaum adam, bahwa bukan bagian dari ummatku laki-laki yang  tidak menikah. Maka segala resepsi ijab kabul pun dimudahkan dalam Islam. Indikasi perintah yang sungguh harus disegerakan bagi yang telah mampu.
Pertemuan dengan perempuan adalah surga, perpisahan dengannya adalah neraka. Dengan perempuan laki-laki lebih memaknai arti kelembutan, makna kasih sayang. Letupan perasaan perempuan lebih menakjubkan dari pada deretan kata- kata dalam tulisan ini. Apa yang nampak secara zahirnya tidak  mampu merepresentasikan secara utuh batinnya. Ketika berinteraksi dengannya, seseorang baru tahu tentang rasa.
Perempuan yang bebas berhias tanpa batas adalah adalah fitnah bagi laki-laki. Ia adalah hiasan bagi setiap pecundang yang memandang. Orang- orang kafir dan munafik menganggap perempuan indah hanya dari tubuhnya, keindahan fisikis tidak dipandang sama sekali. Tolah ukur kemuliaan perempuan bagi mereka adalah pada parasnya yang cantik, kulitnya yang halus. Tidak terbesit sedikitpun bagi mereka tentang hakikat penciptaan perempuan.
Fisik perempuan adalah hiasan, fisikisnya juga hiasan. Keindahan keduanya adalah sebaik-baik bentuk, seindah- indah mahkota dunia akhirat. Kecantikan lahir tanpa keindahan  batin, ibarat bangunan megah tanpa isi. Indah dipandang dari luar namun tidak nyaman saat berada di dalam. Karena tidak ada fasilitas iman yang menghujam dalam. Keimanan adalah sumber cahaya Illahi. Tanpanya, perempuan hanya seonggok karang dalam tandusnya padang pasir, ia akan mati tak mampu hidup. Tanpa iman, perempuan bagai arang yang hitam legam, hatinya gelap gulita, tanpa sinar yang menerangi relung hati.
Iman yang melekat dalam jiwa perempuan ibarat kilauan mutiara, tanpa iman perempuan tak ubahnya seonggok batu yang keras hatinya. Ia  tuli dalam mendengarkan ayat- ayat Allah. Ia bisu tak mampu berkata yang baik-baik, ia buta dalam melihat keagungan Allah. Ia tidak peka saat melihat orang-orang melingkar sibuk mengaji, namun hatinya menolak kebenaran. Pikirannya tak mampu membedakan yang benar dan yang salah. Maka tingkahlaku perempuan tanpa iman, ibarat orang yang menenun air, apa yang ia lakukan akan sia-sia. Jerih payah yang telah ia korbankan akan hilang bagai debu yang bertebangan tanpa nilai. Maka beruntunglah perempuan yang shalihah, yang menjaga kehormatannya, menutup auratnya, menjaga makanannya dari yang haram, berbakti pada orang tua dan suami, mengasuh ana-anak dengan penuh kasih sayang, dan menyambung silaturahmi.
Wanita shalihah akan bersyukur saat dikaruniakan nikmat oleh Allah, dan bersabar ketika ditimpa kesusahan. Kesyukuran dan kesabaran dalam hidupnya selalu berjalan beriringan. Karena kesusahan yang ia derita, juga pasti ada nikmat yang ia dapatkan dari Rabb nya. Perempuan shalihah juga seimbang dalam mengatur takut dan harap kepada Allah yang Maha Tinggi. Takut akan dosanya, takut dengan neraka. Ia juga berharap akan surga dan cinta/ keridhaan Allah. Oleh karena itu, ia berusaha menjauh dari yang dilarang Allah dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
Rumah tanpa perempuan bagai mihrab tanpa imam, bagai singgasana tanpa raja. Rumahku surgaku akan terbangun jika istri/ ibu rumah itu adalah wanita shalihah. Seindah-indah perhiasan dunia adalah wanita shalihah, maka seindah –indah perhiasan akhirat adalah wanita shalihah yang menjelma menjadi ratu bidadari surga. Sesungguhnya surga itu mahal, maka ambillah kuncinya dengan amal ibadah, karena itu adalah sebaik-baik bekal.  
  Islam datang dengan keterasingan atas adat jahiliyah yang ada, maka berbahagialah orang-orang yang asing. Di saat perempuan lain melucuti aurat, membuka hijab, menanggalkan jilbab, melawan hukum Allah dengan keluar liar. Perempuan shalihah tampil unik, lain dari yang lain. Hijabnya mengulur hingga ke dada, pakaiannya longgar, hatinya terpaut pada pengajian, lisannya basah dengan dzikir, pikirannya jernih dalam memandang persoalan, akhlaknya mulia. Maka jangan biarkan rumah tanpa pintu, karena ia tidak dapat terjaga. Di luar sana, begitu banyak binatang buas yang siap menjilat air yang tergenang tanpa penutup. Maka siapa lagi yang akan menjaga dan melindungi izzah diri, kalau bukan pemilik tubuh titipan Ilahi.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar