Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Indra, mensinyalir ada upaya sistematis yang terus menerus mengidentikkan terorisme dengan Islam, pesantren, aktivis Islam dan simbol-simbol Islam. Padahal, tindakan terorisme sebagai bentuk tindakan teror bisa dilakukan oleh siapa saja dan agama apapun.
“Fakta yang ada, tindakan teror berupa penembakan dan pembunuhan atas warga sipil dan aparat kepolisian/militer yang terjadi di Papua, tidak disebut sebagai tindakan teroris. Atau teror yang dilakukan RMS di Maluku juga tidak disebut sebagai teroris, dan sebagainya,” kata Indra, Senin (10/9).
Dijelaskan Indra, jika sampai saat ini tindakan teror masih terus terjadi, jangan lantas pemerintah bersikap kalap dengan menyalahkan dan menyudutkan ulama atau agama Islam. Menurutnya, harus dipahami dan diingat terorisme tidak mengakar pada budaya Islam. “Islam adalah agama kasih sayang yang rahmatalil alamin,” ujarnya.
Indra yakin, apabila penanggulangan terorisme masih berorientasi “proyek dana asing” dan terus menyudutkan serta mengkambing-hitamkan umat Islam, maka terorisme tidak akan hilang di Bumi Pertiwi ini. “Sangat mungkin kebijakan pemerintah melalui BNPT dan Densus 88 justru membuat “semakin marak” tindakan terorisme,” bebernya.
Dia meminta pemerintah harus jujur dalam mengungkap dan menganalisa sumber serta latar belakang tindakan terorisme. Menurut dia, sudah sangat terang-benderang bahwa ketidakadilan, diskriminasi, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kegeraman masyarakat atas prilaku korup, prilaku menyimpang dari pemerintah dan beberapa elit bangsa, merupakan sumber motivasi utama tindakan teror. “Yang lahir dari kekecewaan atau kefrustasian seseorang atas kondisi-kondisi tersebut,” jelas dia.
Belum lagi, lanjut dia, kefrustasian tersebut sering diperalat dan ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu. Dia mengatakan, lihat saja gejala dan fakta selama ini, isu terorisme biasanya akan marak pada even-even tertentu. “Misalnya saja menjelang pemilu, menjelang datangnya pejabat dari negara donor program penangulangan terorisme, ketika ada isu atau skandal besar menguncang pemerintahan, dan sebagainya,” kata Indra.
Lebih jauh Indra yang duduk di Komisi IX DPR, itu mengatakan, pemerintah harus bisa menjawab anggapan yang muncul bahwa isu terorisme tidak akan pernah berakhir selama “proyek” dari negara donor masih terus mengalir. “Bahkan, sudah muncul anggapan bahwa teroris memang “dipelihara”,” tuntas Indra. (boy/jpnn)
Artikel Terkait:
nasional
- Bedah Dakwaan Kasus LHI: "Peluang Besar LHI Bebas Murni"
- PKS Difitnah dengan Spanduk Palsu dan Foto Rekayasa
- Eropa Bolehkan Polwan Berjilbab, Kenapa Indonesia Tidak?
- Mengapa PKS Selalu Tertolong Tanpa Sengaja?
- Petugas KPK Sholat Dzuhur Berjamaah di Kantor DPP PKS
- Inilah Deretan Media-media Galau
- Jalan Raya Jepara-Demak Lumpuh Total
- Presiden PKS Anis Matta Islamkan Ekspatriat AS
- Inilah kasus suap pertama yang membuat KPK buntu!
- Kabar Terbaru Ustadz Luthfi dari Balik Jeruji
- Calon Gubernur BI Bertekad Indonesia jadi Pusat Perbankan Syariah Dunia
- Qaanita Luthfi: ‘Ayah Kami Nggak Ada Nganggurnya’
- Indonesia Overdosis Berita Sadis
- PKS Menang, Pemilik Media Besar Malu Hingga Membungkam Informasi
- Prof. Dr. Khoirul Anwar Penemu Teknologi 4G Asal Indonesia
- Masjid Agung Tasikmalaya ada di Toko Bagus?
- "Jokowi Effect" Gagal di Dua Pilkada, Ini Alasannya
- Satu Keluarga Di Ciamis Tinggal Di Kandang Ayam
- Kemenangan di Tengah Badai
- Hasil Quick Count Sementara: Aher-Deddy Unggul
- Ahmad Heryawan: Memenuhi Harapan Masyarakat Jadi Tujuan
- Ulama Cirebon : Anis Matta Akan Menjadi Presiden Indonesia
- Ulama Tasik Dukung Aher-Deddy Mizwar Agar Menang
- MetroTV Berulah Lagi, KAMMI Lapor ke KPI
- Negeri Darurat Pelacuran dan Seks Bebas
0 komentar:
Posting Komentar