Sabtu, 01 September 2012

SAY TO MAKSIAT


Masa remaja, adalah saat dimana kita membutuhkan figur dan suasana serta lingkungan yang baik buat kita tumbuh. Tapi, sayangnya ternyata nggak semua orang bisa mendapatkan yang dia mau.
Dan keadaan itu akhirnya membuat remaja seumuran kita memilih jalan berputus asa dan semakin terpuruk dan menjadi pesakitan. Selain itu, mereka juga memutuskan untuk mengganti jati dirinya menjadi seseorang yang kurang bagus dalam hal akhlak dan perilaku, demi datangnya sebuah perhatian.

Sahabat, Allah SWT, telah mengirimkan contoh teladan yaitu Rasulullah SAW yang seorang yatim piatu. Tidak ada orang tua yang mendampingi untuk berkeluh kesah atau sekedar memanjakan beliau. Saat itu Rasulullah hanya hidup dengan pamannya, Abu Thalib.
Pada awal-awal masa remaja, Rasulullah juga belum memiliki pekerjaan tetap untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun begitu, beliau  nggak putus harapan, beliau juga tidak mengeluh. Beliau menggembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di Makkah dengan imbalan beberapa dinar. Beliau menjalani semua itu nggak cuma satu hari dua hari, tapi selama beberapa tahun.
Lihatlah, betapa semua cobaan dalam hidup tetap tidak membuat beliau bersikap tidak baik ataupun sampai terjerumus dan menjerumuskan diri pada hal- hal yang negatif. Beliau tetaplah mempertahankan kemuliaan akhlaknya, seperti yang diceritakan oleh Ali bin Abu Thalib,  bahwa Rasulullah pernah bercerita :
Aku tidak pernah tertarik oleh perbuatan yang lazim dilakukan orang-orang jahiliyah kecuali dua kali. Namun dua kali itu Allah menjaga dan melindungi diriku. Ketika aku masih bekerja sebagai penggembala kambing bersama kawan-kawanku, pada suatu malam kukatakan kepada seorang dari mereka : “ Awasilah kambing gembalaanku ini, aku hendak masuk ke kota (Mekah) untuk bergadang seperti yang biasa dilakukan oleh kaum pemuda”. Setibaku di Mekah kudengar bunyi rebana dan seruling dari sebuah rumah yang mengadakan pesta. Ketika kutanyakan kepada seorang di dekat rumah itu, ia menjawab bahwa itu pesta perkawinan si Fulan dengan si Fulannah. Aku lalu duduk hendak mendengarkan tetapi kemudian Allah swt membuatku tertidur hingga tidak mendengar apa-apa. Demi Allah aku baru terbangun dari tidurku setelah disengat panas matahari. Peristiwa ini terulang lagi keesokan harinya. Demi Allah sejak itu aku tidak pernah mengulang hal-hal seperti itu lagi”.
Subhanallah....
Sahabat, banyak dari kita beralasan, “aku begini karena broken home”, “aku bandel karena kurang perhatian dari sekitarku”, “aku jadi rusak karena tidak ada yang membimbingku” dan lain sebagainya. Tapi semua hujatan dan makian kita terhadap keadaan sama sekali tidak membuat kita beranjak dari kesalahan itu sendiri. Kita tetap disana dan “menikmati”.
Sahabat, ketahuilah... memang hidup adalah tentang melewati berbagai cobaan demi cobaan. Banyak dari kita yang mudah tergoda dengan “kesenangan”, karena saking putus asanya menghadapi keadaan.
Padahal, jika kita tahu, sebenarnya semua itu nggak menyenangkan sama sekali. Kita mengira, toh masih muda ini kan, jadi nikmati saja. Tapi sayang banget, nggak ada yang gratis di dunia ini.
Termasuk dengan akibat minus dari setiap perbuatan jelek yang kita lakukan. Walaupun itu atas nama pelarian dari putus asa.
Nah, sayangnya saat kita sudah jatuh pada titik terendah dari kejatuhan kita akibat perbuatan itu, nggak jarang menyalahkan orang tua, keluarga, bahkan siapapun kecuali diri kita sendiri, sebagai akibat dari semua kesalahan yang kita lakukan. Nggak Gentle banget kan.
Maka dari itu tugas seorang pemimpin yang nggak bisa di wakilkan adalah memutuskan. Dan kamu adalah pemimpin dari diri kamu sendiri. So, mengapa kita tidak tegas kepada diri sendiri, dengan mengatakan "NO" kepada kemaksiatan atau perilaku kurang baik apapun yang kita lakukan?.
Dengan begitu kita akan boleh berbangga dengan kemampuan diri kita mendidik diri sendiri. Lihat saja, nggak akan ada ruginya kok, kalau kita buru- buru meng-cut kebiasaan buruk itu secepatnya. Yups, karena semua orang pasti tahu kalau menjadi pribadi yang mengalami kerugian itu, tidak akan menguntungkan dan mendamaikan. Dan siapakah orang yang merugi itu?
Rasulullah SAW Bersabda, "Barang siapa yang keadaan amalnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung." (HR. Bukhari).
Kalau orang lain bisa, lalu kenapa kita nggak? Bukankah kita semua diciptakan Allah dengan sangat istimewa dan pasti punya keistimewaan tersendiri?.
Kuncinya adalah kesegeraan segera tentukan akan jadi apa dan akan kemanakah jalur hidupmu akan kamu habiskan, dengan mengubah kejelekan dan mengolah kekurangan kita, sehingga kita menjadi pribadi yang pantas dibanggakan, paling tidak oleh diri kita sendiri.
Hidup kan Cuma sekali ini, kenapa nggak membuat yang sangat berarti? Ya, nggak?

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar