Jumat, 22 Maret 2013

DIET TELEVISI - 2


Oleh: dr. Ariani
ALASAN kedua orang tua harus melakukan diet televisi adalah, banyak yang tidak bermutu.
Sebagian besar data yang disajikan  stasiun televisi adalah data yang tidak berguna (data smog, istilah David Shenk). Yang tidak akan dapat memberi manfaat untuk buah hati kita.
Ketiga, mengganggu interaksi sosial.
Anak yang sudah kecanduan televisi, cenderung malas untuk  berinteraksi sosial dan menjadi pasif. Interaksi denngan teman dan keluarga digantikan dengan keasyikan menonton suguhan di layar kaca. Begitu pula kesempatan mengembangkan minat akan hilang, sebab minatnya hanya tertuju pada televisi.

Hal ini tentu tidak baik terhadap  perkembangan sosial, motorik maupun emosionalnya. Anak akan lebih sulit bekerjasama, mengendalikan emosinya. Selain itu anak dapat mengalami gangguan tidur karena hal-hal seram yang sering terlihat dalam film-film mistik ataupun horor tampak nyata bagi mereka.
Ada temuan yang menarik dari Hasil Temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terhadap film-film kartun. Film yang mengusung tema kepahlawanan ternyata lebih banyak mengandung adegan antisosial (63,5%) daripada prososial (36,4%)
Keempat, ’Coach Potato Problem’.
Duduk berlama-lama menonton televisi menyebabkan kegiatan fisik anak-anak berkurang. Dan jika nonton dilakukan sambil ngemil, dapat timbul gangguan ’Coach Potato Problem’ atau kegemukan. Istilah ini menggambarkan postur tubuh anak yang seperti kentang duduk. Bentuk tubuh ini dapat mengganggu pengembangan motorik kasak dan motorik halusnya.
Kelima, dapat menyebabkan gangguan fisik.
Pada beberapa kasus di  jepang, sejumlah film kartun atau games. Karena komposisi gambar dan warna serta adegannya-menimbulkan kejang-kejang atau sawan pada anak. Gangguan ini muncul karena memang tayangan itu langsung berhubungan dengan mata dan saraf.
Apalagi jika anak kerjaannya hanya menonton televisi, hingga akhirnya kecanduan televisi.
Hati – hati jika anak :
  1. Kegiatannya hanya menonton televisi, melakukan segala sesuatu sambil menonton televisi.
  2. Malas bergerak.
  3. Malas melakukan kegiatan lain yang dulu sangat diminati.
  4. Malas berinteraksi, menarik diri dari pergaulan.
  5. Selalu membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tontonannya.
  6. Menjadi mudah marah dan sensitif ketika diminta berhenti menonton.
  7. Belajar terganggu, malas mengerjakan PR dan sulit memusatkan perhatian.
Karena jika ada gejala-gejala di atas  berarti anak kita sudah ketergantungan dengan televisi. Hal ini tentu akan mengganggu pula akademisnya. Naudzubillah.
Fakta-fakta di atas semakin membuat saya miris, dan mendorong saya untuk menjalankan berbagai program diet televisi.
1. Mulai dari diri sendiri.
Keteladanan akan membekas pada diri anak kita. Jadi ketika saya ingin melakukan diet televisi pada anak-anak kita, saya memulai dari diri saya sendiri.  Karena kalau anak sering melihat kita menonton televisi, anak pun akan meniru kebiasaan kita.
2. Jika memungkinkan, diskusikan bahaya televisi untuk anak dengan orang-orang di rumah.
Hal ini akan menyamakan pandangan tentang televisi dan lebih jauhnya mendukung program diet televisi. Walaupun hal ini tidak mudah, karena  yang saya hadapi adalah orang tua. Dan terlebih, kami nebeng di sana. Kesamaan nilai akan mempengaruhi keberhasilan program ini. Jika kita ketat terhadap televisi, tapi yang lain tidak, sulit untuk berhasil.
3. Membuat aturan menonton televisi.
Termasuk waktu menonton, jenis, tontonan dan lamanya menonton. Menonton televisi bisa dijadikan reward and punisment atas perilaku baik atau kedisiplinan anak. Misalnya boleh menonton televisi kalau sudah mandi dan makan. Sebaliknya, jam menonton  dikurangi jika anak sulit mandi atau makan.
4. Pendampingan ketika menonton televisi.
Selain menciptakan kebersamaan, pendampingan kita untuk menonton televisi adalah kesempatan untuk mengklarifikasi hal yang tidak tepat, atau menerangkan hal yang belum jelas untuk anak.
5. Beralih ke televisi kabel atau nonton DVD.
Saya sempat terhenyak melihat iklan sebuah minuman ringan yang penuh adegan pornoaksi, dan  serba permisif. Ditambah lagi durasinya sangat lama. Saking lamanya, saya kira video klip. Dan yang paling tragis, iklan itu diputar ketika jam tayang film anak. Jenis film mungkin masih bisa kita seleksi, tapi hati-hati dengan tayangan iklan yang tidak bisa kita seleksi. Hal ini membuat saya lebih tenang membiarkan anak-anak menonton DVD daripada menonton tayangan televisi, walaupun  film yang diputar di televisi itu sama dengan yang di DVD.
6. Membuat sebanyak-banyaknya alternatif kegiatan.
Akan lebih mudah ketika kita membuat jadwal harian anak-anak, beserta berbagai kegiatan yang menarik. Seperti bersepeda, membersihkan kamar, memberi makan hewan peliharaan dan lain-lain. Selain mencegah anak-anak dari menonton televisi, hal ini menyenangkan dan bernilai edukatif bagi anak. Jadwal ini sangat membantu, terlebih ketika  kita sedang mendelegasikan pengawasan anak pada orang lain, ketika kita harus beraktivitas ke luar rumah.
7. Menciptakan nuansa spiritual di rumah.
Suasana spiritual yang kental akan membangun akidah dan moral anak. Yang dapat mengcounter pengaruh televisi yang tidak baik.
Misalnya dengan membiasakan shalat tepat waktu dengan mengajak anak, ketika adzan TV dimatikan, dan mengaji pada waktu-waktu tertentu. Menceritakan kisah-kisah yang mengandung nilai moral dan spiritual.
Ayah, Bunda, Semoga Allah memudahkan program diet televisi kita semua. Amiin.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar