Sensitivitas perasaan yang tak mudah diasah, ia hanya akan lahir dari jiwa-jiwa yang selalu mengasahnya.Sebentuk rasa bersalah, setelah melakukan dosa, berujung pada penyesalan. “Ya Allah begitu dhaifnya diri ini, tembok pertahanan yang selama ini kokoh dan menjulang tinggi, dengan tiba-tiba hancur, jatuh berkeping tak sedikit pun tersisa” sebegitu kuatkah gelombang tsunami dosa yang telah ku lakukan? Melalaikan dari mengingatMu, melalaikan dari bermunajat padaMu.
Alhamdulillah, bersyukurlah ketika sebentuk narasi di atas masih menendang diri kita dengan kuat memojok di gawang penyadaran akan dosa dan kelalaian yang telah kita lakukan. Ibarat sungai maka dosa-dosa yang kita lakukan dengan sendirinya mengalir, mengitari ritme kehidupan yang kita jalani. Tak banyak orang yang mampu menyadari bahwa sesaat dalam perjalanan hidup ini ia telah melakukan dosa, telah melalaikan hatinya dari mengingat Allah, telah mencari uzur untuk berhenti sejenak mengiringi jalannya kebaikan, maka kincir kesadaranlah yang mampu membuat aliran sungai itu berubah, menjadi sebentuk energy untuk bangkit, bangkit dari kubangan dosa, berputar kembali dengan ritme yang lebih pasti: ritme kebenaran. Maka sensitivitas lah yang diperlukan, karena dengannya kita akan segera tersadar kalau-kalau kaki ini telah membelok menuju kemaksiatan, kita pun akan berhenti dan kemudian mencari arah yang berlawanan agar hidup ini tetap dalam naungan Allah, dengan sensitivitaslah, kita akan sadar bahwa sedikit hati ini telah lalai dariNya.Maka karena itulah kita harus bangkit dan berjalan pada alur yang seharusnya. Sesungguhnya, sensitivitas itu adalah sebuah rahmat yang tidak diberikan Allah kepada semua orang, sensitivitas itu hanya akan lahir dari diri yang selalu menjalin hubungan yang mesra denganNya. Pada akhirnya sensitivitas itu adalah signal kalau Allah masih mencintai kita.
Beberapa Tanda Allah Mencintai Seorang Hamba
1. Allah akan menjaganya dari dunia.
Bila Allah mencintai seorang hamba maka Allah akan menjaganya, Allah jaga dia dari dunia yang melalaikannya, Allah jaga ia dari dosa yang akan menghancurkan kehidupannya. Maka dalam setiap detik perjalanan waktu Allah lah yang seharusnya menjadi tujuan kita. Bukan dunia apalagi hanya sekadar kepuasan sesaat. Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah akan menjaga hambaNya yang beriman - dan Dia mencintaiNya- seperti kalian menjaga makanan dan minuman orang sakit (di antara) kalian, karena kalian takut pada (kematian)nya.”(HR. Al Hakim, Ibnu Abi ’Ashim dan Al Baihaqi).
Allah juga berfirman dalam QS. Al An’am 44:
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am 44)
2. Keshalihan
Ketika Allah mencintai seorang hamba maka Allah akan memberikan kekuatan kepadanya untuk menjadi hamba yang shalih, Allah mudahkan ia untuk berbuat kebaikan, maka ibarat perjalanan keshalihan akan muncul dalam diri seseorang setahap demi setahap, maka ketika kita telah menemukan titik awal kesalehan, jangan hanya berhenti di situ, tapi tetaplah berjuang
Karena itu barulah tanda awal Allah mencintai kita, maka terus berjuang untuk menjadi lebih saleh adalah langkah untuk mendapatkan sepenuhnya cinta Allah
“Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci. Tetapi Dia tidak memberikan (kesadaran ber) agama, kecuali kepada yang Dia Cintai. Maka barang siapa diberikan (kesadaran ber) agama oleh Allah, berarti ia dicintai olehNya.” (HR. Imam Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi)
3. Memahami Agama
Ketika seorang hamba dicintai Allah maka Allah akan memudahkannya dalam memahami agama, karena cinta Allah adalah bentuk kausalitas dari kecintaan yang mendalam seorang hamba kepada Allah, sejatinya Allah lah yang akan memberikan penerangan dalam hatinya, sehingga setiap ilmu yang dipelajari akan mudah dipahami dan diamalkan.
4. Sulit Melakukan Maksiat
Di antara tanda Allah mencintai hambaNya ialah kesulitan melakukan maksiat. Ia tidak akan bisa melakukan maksiat, dan jika ia terbiasa melakukan maksiat, maka ia akan merasakan itu sangatlah sulit sehingga ia tidak bisa melakukan itu. Itu tanda cinta Allah. Sebagaimana kisah dari sang Manusia Super Rasulullah SAW, Allah yang memalingkan Baginda untuk tidak datang ke pesta malam dengan cara memberikan nikmat kantuk dan tertidur di perjalanan.
5. Husnul Khatimah
Di antara tanda Allah mencintai hambaNya adalah, Dia menutup umurnya dengan amal shalih. Tidak semua manusia yang mendapatkan kenikmatan ini. Sebagian manusia menghabiskan umurnya dalam ketaatan, tetapi mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah.
Abu Bakar berkata: ”Jika satu kakiku di dalam surga, dan kaki yang lain di luar surga, maka aku belum aman”
Jika kita melakukan maksiat, takutlah pada kematian, dan hati-hatilah kalau kita mati dalam keadaan melakukan maksiat.
Rasul Bersabda: ”Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memaniskannya”
Sahabat bertanya: ”Apa itu memaniskannya ya Rasulullah?”
Ia berkata: ”Dia akan memberi ia petunjuk untuk melakukan kebaikan saat menjelang ajalnya, sehingga tetangga akan meridhainya-atau ia berkata- orang sekelilingnya” (HR. Al Hakim)
Demikianlah ketika Allah mencintai kita, maka kita harus menyadari bahwa Kita hanyalah manusia biasa, bukan malaikat yang tak memiliki hawa nafsu. Kita adalah manusia, makhluk dinamis yang tak pernah puas dengan keadaan, maka dalam rute perjuangan hidup itu hawa nafsu adalah musuh terberat kita, karena pada hakikatnya ia menyatu dengan diri, yang ketika dikelola akan memberikan energy positif untuk perubahan, namun ketika ia diperturutkan , maka nafsu itulah yang akan menghancurkan kita.
Terakhir, lawanlah hawa nafsu itu tetaplah berjuang untuk sensitive, terhadap pemuasannya yang pada akhirnya mengantarkan kita pada dosa. Selamat berjuang semoga Allah selalu bersama kita.
0 komentar:
Posting Komentar