Cukup bergetar bila sesekali mengingat apa yang pernah Syeikh Tarbiyah ini ucapkan, “dakwah adalah cinta…”. Ternyata lebih jauh dari itu beliau ingin terus ingatkan kita bahwa bukan karena dakwah adalah cinta, sehingga pengertiannya bahwa ia nya kan menggerogoti tubuh kita, setiap energi, dan waktu tak tersisa dengan sia-sia. Lebih, jauh lebih dalam.
Karena jika dakwah adalah cinta maka ia adalah paham. Individu itu paham untuk apa ia di sini, apa hakikat jalan ini, sadar dan tahu bahwa inilah jalan para Anbiya. Tak mulus, bahkan menerjang tubuh hingga penuh luka dan darah. Tapi ia paham.
Karena jika dakwah adalah cinta maka ia adalah satu bentuk amal berbalut keikhlasan. Karena cinta kepada dakwah inilah yang melahirkan energi dalam jiwa, potensi terpendam, dan lahirlah keajaiban dari rahim cinta. Imannya pun hidup, menyala, terang berusaha menerangi Bumi dengan nilai-nilai yang ia usung. Amalnya mengalir tiap waktu. Ia bersungguh-sungguh, coba maksimalkan tiap hari yang ia lewati. Tak penting hasilnya nanti apa, ataupun apakah ia yang nanti memanen hasilnya. Karena dakwah adalah cinta yang diberikan kepada Rabb nya.
Pun jika dakwah adalah cinta maka dakwah ialah jihad berbaju tadhdhiyah (pengorbanan) dan tajarrud (totalitas). Pandangan individu ini jauh ke depan, dan cita-citanya jauh memenuhi seluruh ruang di hatinya. Tak tergadai buaian dunia. Seluruh waktu dan pikirannya telah membesarkan jiwanya. Ia yang bukan lagi individu yang menyisakan waktu dan tenaga untuk menghadap Allah dan berjuang untuk agama-Nya. Ia yang mengalokasikan waktu, mempersiapkan tenaga, dan menyumbangsihkan jiwa raga di jalan ini. Tak peduli masalah pribadi kesehariannya. Ia sadar, dakwah ini sudah banyak masalah, tak perlu lagi ditambah masalah pribadinya.
Dan jika dakwah adalah cinta, ia adalah ukhuwah, ketaatan, dan ketsiqahan (percaya). Tidak melebihi batas lower upper. Untuk berlapang dada sebagai batas minimum dan itsar (mendahului kepentingan saudaranya) ketika ia mencapai batas maksimum. Selebihnya ialah yang memahami pesan mulia “Innahu in lam takun bihim falan yakuna bighoirihim, wa in lam yakunu bihi fasayakununa bighoirihi” (Jika ia tidak bersama mereka, ia tak akan bersama selain mereka. Dan mereka bila tidak bersamanya, akan bersama selain dia). Untuk saling percaya antar saudara, antara qiyadah dan jundi-jundinya. Untuk taat kepada qiyadah dalam rangka taat kepada-Nya. Dan dakwah ialah mencakup ketiganya.
Karena dakwah adalah cinta…
0 komentar:
Posting Komentar